Minggu, 17 Januari 2016

prosedur audit persediaan



Prosedur Audit Persediaan
            Persediaan adalah merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan.
Adapun tujuan utama pemeriksaan persediaan adalah untuk menentukan bahwa :
ü  Persediaan secara fisik benar-benar ada
ü  Prosedur pisah batas (cut-off) persediaan telah dilakukan dengan memuaskan
ü  Persediaan telah dinilai sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PSAK) yang diterapkan secara konsisten
ü  Persediaan yang bergerak lambat (slow moving), usang, rusak, dapat diidentifikasika dengan tepat dan dicadangkan dalam jumlah yang memadai
ü  Penghitungan matematis dalam daftar persediaan telah dibuat dengan cermat
ü  Persediaan yang dijaminkan telah diidentifikasikan dan diungkapkan dengan jelas dalam catatan atas laporan keuangan
            Walaupun tujuan-tujuan audit yang disebutkan di atas diarahkan terutama atas eksistensi dan valuasi persediaan dalam neraca, tetapi auditor harus selalu ingat bahwa audit terhadap akun persediaan yang dilakukannya harus berhubungan dengan harga pokok penjualan dan akun-akun terkait lainnya dalam laporan laba rugi.
Tahap – Tahap Audit Persediaan
            Tujuan menyeluruh dari audit atas persediaan adalah untuk menetapakan bahwa bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, dan harga poko penjualan telah dinyatakan secara wajar di dalam laporan keuangan. Ada 4 aspek yang menjadi perhatian auditor dalam menetapkan jenis pengujian yang akan dilakukan yaitu :
1.      Pengendalian fisik terhadap persediaan
Pengujian auditor mengenai kecukupan pengendalian fisik terhadap bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi harus terbatas pada pengamatan dan penyelidikan.
2.      Dokumen-dokumen dan catatan untuk transfer persediaan
Perhatian utama auditor dalam verifikasi transfer persediaan dari satu lokasi ke lokasi yang lain adalah bahwa transfer yang dicatat adalah sah, transfer yang benar-benar terjadi telah dicatat, dan kuantitas, uraian serta tanggal dari setiap transfer yang dicatat tersebut adalah akurat.
3.      Catatan perpetual
Terdapatnya catatan persediaan perpetual yang memadai berpengaruh terhadap waktu dan luas pemeriksaan fisik yang dilakukan auditor atas persediaan. Jika catatan perpetual dapat diandalkan, memungkinkan untuk menguji persediaan fisik sebelum tanggal neraca, penghematan biaya bagi auditor maupun klien dan memungkinkan klien memperoleh laporan keuangan yang diaudit lebih awal.
4.      Catatan mengenai biaya per unit
Catatan akuntansi biaya yang memadai harus dipadukan dengan kegiatan produksi dan catatan akuntansi lain agar dapat menghasilkan biaya yang akurat untuk semua hasil produksi. Sistem akuntansi biaya mempunyai hubungan dengan auditor karena penilaian persediaan akhir tergantung pada perancangan dan penggunaan sistem yang tepat.
Pengujian rincian saldo untuk persediaan terdiri dari:
1)      Menilai materialitas dan risiko inheren dari persediaan
2)      Menilai risiko pengendalian untuk beberapa siklus
3)      Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi dan prosedur analitis untuk beberapa siklus
4)      Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo persediaan
5)      Merancang pengujian rincian saldo persediaan untuk memenuhi tujuan-tujuan audit yang spesifik seperti : prosedur audit, besar sampel, item yang dipilih, dan waktu audit

Beberapa tahapan prosedur audit yang harus dilakukan auditor dalam melakukan pemeriksaan atas akun persediaan diantaranya adalah :
1.      Pemahaman Bisnis Klien – kecukupan pemahaman atas bisnis perusahaan merupakan dasar terhadap audit persediaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh auditor melalui Kuesioner Pemahaman Bisnis dan Jenis Usaha Klien akan memberikan auditor pemahaman mengenai aspek-aspek unik dari bisnis dan jenis usaha, seperti faktor musiman dan siklus, sifat dari keuangan, metode dan kebijaksanaan penjualan, kondisi persaingan usaha, bahan baku dan sumbernya, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang berkaitan dengan kebijaksanaan operasi perusahaan serta karakteristik sistim informasi termasuk metode costing. Pemahaman ini memungkinkan auditor untuk mencapai kesimpulan mengenai aspek-aspek laporan keuangan sehubungan dengan persediaan.
2.      Penilaian Pengendalian Intern – tujuan pengendalian intern atas persediaan adalah untuk meyakinkan bahwa (a) adanya pengendalian yang memadai terhadap mutasi persediaan, (b) semua transaksi persediaan telah dicatat dan diklasifikasikan dengan tepat, (c) penghitungan fisik persediaan telah dijalankan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, (d) harga perolehanpersediaan telah ditentukan dengan tepat, (e) penyesuaian atas persediaan yang bergerak lambat (slow moving), usang dan rusak telah dilakukan dengan tepat.

3.      Pengujian Substantif – tujuan utama pengujian substantif terhadap persediaan adalah untuk memberikan bukti nyata dari keberadaan dan penilaian persediaan. Pengujian ini meliputi observasi dan pengujian penghitungan fisik (stock taking), pengujian ringkasan dan pengujian harga.
Observasi dan Pengujian Fisik Persediaan
            Observasi penghitungan fisik merupakan prosedur pemeriksaan umum. Keikutsertaan auditor pemeriksa dalam penghitungan fisik dan observasinya akan memberikan kepuasan dalam menilai metode penghitungan fisik yang dilakukan dan ketaatan perusahaan atas penyajian kuantitas serta kondisi fisik persediaan.
Apabila auditor tidak dapat melakukan observasi atsa penghitungan fisik persediaan karena adanya pembatasan pemeriksaan, maka auditor dapat memberikan pendapat dengan kualifikasi atau tidak memberikan pendapat sama sekali atas laporan keuangan perusahaan yang diperiksanya.
Ada beberapa metode penghitungan fisik persediaan, antara lain :
1)      penghitungan fisik secara menyeluruh yang dilaksanakan setahun sekali pada tanggal neraca atau pada tanggal tertentu yang dihadiri auditor.
2)      penghitungan yang kontinue yang dilakukan atas seluruh persediaan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun
3)      penghitungan ulang atas semua seksi yang terbesar dengan menghitung sekurang-kurangnya sekali dalam setahun untuk seksi-seksi lainnya.


Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 331 mengenai “Sediaan” mengatur mengenai penghitungan fisik persediaan yang dilakukan oleh auditor.
Dalam paragraf 3 diatur bahwa jika kuantitas sediaan hanya ditentukan melalui penghitungan fisik, dan semua penghitungan dilakukan pada tanggal neraca atau pada suatu tanggal dalam periode yang tepat, baik sebelum maupun sesudah tanggal neraca, maka perlu bagi auditor untuk hadir pada saat penghitungan fisik sediaan dan, melalui pengamatan, pengujian dan  permintaan keterangan memadai, untuk meyakinkan dirinya tentang efektivitas metode penghitungan fisik sediaan dan mengukur keandalan yang dapat diletakkan atas representasi klien tentang kuantitas dan kondisi fisik sediaan.
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan auditor dalam penghitungan fisik persediaan, diantaranya adalah :
1)      selama penghitungan fisik persediaan, auditor harus memastikan bahwa pengendalian atas prosedur pemasukan dan pengeluaran barang atau pergerakan intern barang selama penghitungan berlangsung telah diikuti sebagaimana mestinya, untuk menilai kecermatan pisah batas (cut-off) yang telah dilakukan. Jika memungkinkan, sebaiknya proses produksi dihentikan sementara selama berlangsungnya penghitungan fisik persediaan ataupun penghitungan fisik dilakukan pada saat tidak adanya kegiatan penerimaan maupun pengeluaran barang di gudang.
2)      auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya barang konsinyasi (titipan) yang bukan menjadi milik perusahaan, barang jaminan dan lainnya
3)      kemungkinan adanya persediaan yang tidak berada dalam pengawasan perusahaan, misalnya barang yang berada di lokasi gudang umum, barang yang dipegang oleh penjual, barang konsinyasi dan lainnya. Untuk jenis persediaan ini, prosedur audit yang harus dilakukan adalah dengan melakukan konfirmasi langsung secara tertulis ataupun dengan penghitungan fisik.
4)      auditor harus memastikan bahwa persediaan dalam perjalanan benar-benar belum diterima sampai pada saat penghitungan fisik persediaan berlangsung.
            Jika penghitungan fisik persediaan dilakukan setelah tanggal neraca, auditor harus melakukan tarik mundur (draw back) hasil penghitungan fisik persediaan ke saldo tanggal neraca. Prosedur ini terutama diperlukan untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa pencatatan saldo persediaan pada tanggal neraca telah sesuai dengan fisik persediaan yang ada di gudang.
Pengujian atas Penentuan Harga Pokok Persediaan
Harga pokok persediaan umumnya ditentukan dengan metode rata-rata, FIFO ataupun LIFO.
            Dalam meakukan pemeriksaan atas akun persediaan, auditor harus melakukan pengujian untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa metode yang digunakan dalam menilai persediaan telah sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan.
Kuesioner Pengendalian Intern Persediaan
Kuesioner berkaitan dengan pengendalian intern persediaan di gudang yang biasanya ditanyakan oleh auditor selama berlangsungnya pemeriksaan diantaranya adalah :
·         apakah persediaan dipisahkan secara memadai antara bahan baku, barang dalam proses, bahan pembantu maupun barang jadi
·         apakah terdapat pengamanan yang cukup terhadap pencurian, kerusakan, kebakaran, banjir maupun risiko lainnya
·         apakah persediaan berada di bawah pengawasan penjaga gudang
·         apakah gudang tempat penyimpanan barang hanya dapat dimasuki oleh petugas gudang
·         apakah barang dalam gudang hanya boleh dikeluarkan berdasarkan bukti permintaan dan bukti pengeluaran barang yang telah disetujui oleh pejabat berwenang
·         apakah ada prosedur/pengawasan barang masuk atau keluar gudang, sepertipenjaga pintu, pengecekan ulang antara barang di truk dengan dokumen bersangkutan dan lainnya
·         jika perusahaan menggunakan sistim persediaan perpetual, apakah pencatatan di kartu persediaan dibuat terpisah untuk masing-masing kelompok persediaan
·         apakah orang yang melaksanan pencatatan pada kartu persediaan bukan orang yang berfungsi sebagai penjaga gudang
·         apakah secara periodik, jumah barang yang ada di kartu persediaan dicocokkan dengan buku besar
·         apakah saldo persediaan dihitung secara fisik sekurang-kurangnya setahun sekali dan dicocokkan dengan kartu persediaan


Prosedur Audit Persediaan
Tujuan Audit Saldo Akun
(Transaksi)

Persediaan

Penyajian dan pengungkapan
1.    Menelaah penyajian persediaan apakah sesuai dengan SAK (Standar akuntansi Keuangan).
2.    Menanyakan apakah ada persediaan yang dijaminkan/digadaikan.
3.    Menelaah perjanjian perikatan pembelian.

Keberadaan atau keterjadian

4.    Melakukan konfirmasi atas persediaan yang dikonsinyasikan atau ditempatkan di lokasi luar perusahaan.
5.    Mengamati perhitungan fisik persediaan.

Hak atau kewajiban
6.    Menelaah prosedur pisah batas (penjualan, retur penjualan, pembelian, retur pembelian)

Kelengkapan

7.    Melakukan pengujuan perhitungan nilai persediaan dan bandingan dengan perhitungan atau rincian klien.
8.    Menanyakan apakah ada persediaan yang dikonsinyasikan.
9.    Melakuakan prosedur analisis.
10.Menghitung kelengkapan semua kartu perhitunganfisik yang ditempel di persediaan dan daftar hasil perhitungan fisik persediaan (count sheet).

Penilaian

11.  Menghitung ulang penjualan dan perkalian rekapitulasi persediaan.
12.  Merekonsiliasi rekapitulasi (daftar) kartu persediaan ke buku besarnya.
13.  Menguji metode perhitungan nilai persediaan.
14.  Menetukan apakah persediaan dinilai berdasarkan nilai terendah dari harga perolehan atau harga pasar.
15.  Memeriksa kualitas persediaan (apakah kondisi persediaan masih dapat dijual).
16.  Menguji apakah terdapat persediaan yang usang, rusak,atau ketinggalan metode.


Prosedur audit persediaan
1.      Lakukan Stock Opname.
Stock opname dilakukan terutama untuk persediaan yang berada di gudang perusahaan, Untuk barang consignment out dan barang-barang yang tersimpan di public warehouse jika jumlahnya material harus dilakukan stock opname, jika tidak material, cukup dikirim konfirmasi. Stock opname bisa dilakukan pada akhir tahun atau beberapa waktu sebelum/ sesudah akhir tahun.
2.      Lakukan Observasi atas Stock Opname
Amati kembali hasil perhitungan fisik persediaan (stock Opname) yang dilakukan. Cek Final Inventory List [Inventory Compilation) dan lakukan prosedur pemeriksaan berikut ini:
ü  check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian).
ü  cocokkan “quantity per book” dengan kartu stok (persediaan).
ü  cocokkan “quantity per count dengan “count sheet kita (auditor)
ü  cocokkan “total value” dengan buku besar persediaan.
ü  Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out.

3.      Lakukan Peninjauan ulang terhadap Konsep Persediaan
    1. Periksa unit price dari persediaan
    2. periksa ada tidaknya barang-barang yang rusak,dipakai dan hilang.
    3. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian.
    4. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal neraca.
4.      Buatkan Laporan Hasil akhir Stock Opname
Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika diperlukan.
5.      Adjustment Persediaan
Lakukan penyesuaian persediaan dari usulan yang di ajukan dan tentukan kebijakan penyesuaian persediaan dari hasil stock opname yang akan dilakukan
6.      Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.

Agar proses Audit Persediaan di perusahaan anda berjalan dengan baik, perlu internal control yang baik pula atas persediaan, berikut ciri ciri internal control yang baik :
  1. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara bagial pembelian, penerimaan barang, gudang, akuntansi dan keuangan.
  2. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak, seperti:
    • purchase requisition (permintaan pembelian), purchase order (order pembelian)
    • delivery order (surat jalan), receiving report (laporan penerimaan barang), sales order (order penjualan), sates invoice (faktur penjualan).
  1. Adanya sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan kas/bank, maupun pengeluaran kas/bank.
  2. Digunakannya anggaran {budget) untuk pembelian, produksi, penjualan, dan penerimaan serta pengeluaran kas.

            Dari penjelasan di atas, jelas bahwa audit persediaan di perusahaan dagang mampu memberikan manfaat yang begitu besar bagi perusahaan untuk mengurangi resiko terjadinya selisih, kehilangan, mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa prosedur telah dilakukan dengan baik. Diperlukan pengelolahan dan pemeriksaan yang memadai terhadap persediaan barang dagang, agar kita tetap bisa bersaing di tengah kompetisi yang hebat.

prosedur audit pitang dagang



Prosedur Audit atas Piutang Dagang
Pengertian Piutang Usaha
            Menurut Donald E. Keiso (2004:386), piutang adalah klaim uang, barang, jasa kepada pelanggan atau pihak – pihak lainnya. Sedangkan menurut  Sukrisno Agoes, (2004:173), piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit.Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, di mana yang paling umum ialah dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Kredit dapat diberikan dalam bentuk perkiraan terbuka atau berdasarkan instrumen kredit yang sahih, yang disebut surat promes (wesel). Surat promes (promissory note), yang sering disebut wesel (nota), adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu atas permintaan atau pada suatu tanggal yang telah ditetapkan. 

Klasifikasi Piutang
Piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Piutang usaha
    a) Piutang dagang
    b) Piutang jasa
2) Piutang non usaha
    a) Piutang karyawan
    b) Piutang deviden
    c) Piutang pendapatan yang masih harus diterima
    d) Piutang klaim asuransi
    e) Piutang wesel
    f) Piutang lain-lain

Prinsip Akuntansi yang Diterima Umum untuk Penyajian Piutang pada Laporan Posisi Keuangan
Piutang usaha harus disajikan dalam neraca sebesar jumlah yang harus ditagih
  1. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan piutang usaha, harus mencantumkan pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah jumlah bersih.
  2. Jika piutang usaha bersaldo material pada neraca harus disajikan rinciannya di neraca atau dibuatkan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).
  3. Piutang usaha yang bersaldo kredit terdapat pada kartu piutang pada tanggal neraca disajikan dalam kelompok hutang lancar. 
  4. Jika jumlahnya material, piutang non usaha harus disajikan terpisah dari piutang usaha

Tujuan Audit Piutang
Menurut Sukrisno Agoes (2004:173), tujuan audit atas piutang antara lain :
  1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
  2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (ke otentikan) dari pada piutang.
  3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)
  4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)
  5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di  Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.
Prosedur Audit Atas Piutang Dagang
Menurut Sukrisno Agoes (2004:176), prosedur audit piutang usaha antara lain :
  1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan.
  2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca.Minta aging shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent collections-nya.
  3. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu totalnya ke general ledger.
  4. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice.
  5. Kirimkan konfirmasi piutang: (1) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat konfirmasi. (2) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif. (3) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat  konfirmasi. (4) Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari perbedaannya. (5) Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi
  6. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai subsequent collectionshanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode yang sedang diperiksa.
  7. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
  8. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
  9. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
  10. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan.
  11. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK
  12. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.